> GRATIS KEANGGOTAAN DI SINI
BACK


NEWS
Sudah Diet Tapi Berat Badan Malah Naik? Inilah Penyebabnya
August 20, 2018

Beberapa dari kita mungkin ada yang merasakan bahwa sudah diet tapi  berat badan malah naik. Apa sih yang menjadi penyebabnya? Apa yang harus kita lakukan ketika ingin turunkan berat badan? Pastinya ada dua hal pokok yang sangat perlu dilakukan, yaitu diet dan juga olahraga.


Diet bukan berarti turun berat badan, akan tetapi pada pengaturan pola makan. Sementara, olahraga rutin bisa dimulai dari olahraga kardio maupun angkat beban. Lalu, bagaimana bila kita sudah melakukan dua hal itu tapi berat badan susah turun? Bahkan berat badan bisa naik, apa sih penyebabnya? Berikut ini lima hal yang mungkin bisa menjadi penyebab utama berat badan kita menjadi naik meskipun sudah olahraga dan diet.



1.
Kurang tidur bisa gagalkan diet


Ada banyak sekali alasan mengapa kita sering kali disarankan untuk mendapatkan waktu istirahat atau tidur yang berkualitas. Salah satunya adalah menghindari perubahan pada berat badan, dalam hal ini adalah berat badan naik. Ketika kita tidur, tubuh akan berusaha untuk memulihkan diri (recovery) yang dibantu dengan hormon pertumbuhan. Itulah sebabnya bila masa recovery sebaiknya tubuh kita mendapatkan tidur yang cukup. Apabila kekurangan tidur, hampir pasti proses recovery akan terhambat. Pada saat bangun, tubuh kita masih merasakan lelah, pegal, bahkan pusing. Kurang mendapatkan waktu tidur yang cukup membuat tubuh kita menginginkan sumber bahan bakar yang cepat seperti karbohidrat, hal ini karena tubuh membutuhkan dorongan energi yang cepat.


Selain itu, kurang tidur juga memicu tubuh kita untuk ngemil cukup banyak sebelum tidur. Ngemil yang dimaksud adalah kecenderungan untuk memakan makanan-makanan yang kurang sehat, seperti junk food.


Pertanyaan selanjutnya adalah, “bagaimana berat badan saya bisa naik, padahal saya sudah diet maupun olahraga rutin?” Hal ini bisa terjadi disebabkan hormon yang mengatur metabolisme tubuh kita dibuang, karena hormon tersebut merasa tidak mendapat kesempatan mengatur ulang pada saat kita tidur. Akibatnya, semakin banyak kurang tidur, semakin tinggi tingkat hormon stress (kortisol) kita. Hormon ini kurang baik dengan tujuan fat loss, karena dapat meningkatkan nafsu makan juga mendorong penyimpanan lemak.


“Jika Anda kurang tidur, artinya tubuh Anda tidak mendapatkan tidur yang berkualitas dan ini akan membuat metabolisme tubuh Anda tidak berfungsi dengan baik”, kata Michael Breus, Ph.D, direktur klinis dari Arrowhead Health Centers, Arizona.


Solusinya, adalah dapatkan waktu tidur yang berkualitas. Rata-rata orang dewasa membutuhkan waktu tidur antara jam 7-9 jam per malam. Misalnya dengan cara tidur lebih awal.


Jika tidak punya banyak waktu saat malam hari, kita bisa memanfaatkan waktu tidur siang. Dan untuk cemilan ketika bangun, kita bisa menyiapkan karbohidrat yang lebih sehat seperti dari buah-buahan atau kacang-kacangan.



2.
Minuman diet dari pemanis buatan


Gula memang kerap menjadi ‘musuh’ nomor satu ketika kita menerapkan program fat loss. Akan tetapi, banyak sekali produk dengan embel-embel tanpa atau bebas gula yang mungkin bisa membantu program kita. Namun faktanya, embel-embel tersebut tidak selalu berarti sehat. Atau bahkan bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh kita. Yakni masih menyediakan gula buatan (artificial sugars).


Hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Appetite tahun 2013 lalu mengatakan, gula (pemanis) buatan seperti asparteme sebenarnya justru dapat menambah nafsu makan. Pemanis buatan bisa 200 kali lebih manis daripada gula biasa, jadi konsumsi makanan-makanan seperti ini mendorong kita konsumsi gula terus-menerus.


Fakta lain adalah pemanis buatan akan membuat tubuh kita merasakan dan merespon gula buatan tersebut, tetapi tidak merespon gula asli. Walaupun tidak ada gula dalam minuman diet, rasa manis yang timbul menandakan tubuh kita melepaskan insulin untuk memproses gula. Bila tidak ada gula, tubuh kita akan merespon dengan rasa ingin lebih banyak gula untuk memberi rangsangan pada insulin.


Seiring waktu, siklus seperti ini dapat menyebabkan resistensi insulin, kenaikan berat badan, dan bahkan diabetes tipe 2. Solusi terbaiknya sudah jelas, hindari semua jenis gula, terlebih gula buatan. Bila terlalu sulit untuk menghindarinya, maka kita bisa membuat minuman berenergi yang rendah kalori. Misalnya dari buah beri atau buah delima, atau minum teh hijau dengan madu.



3.
Terlalu banyak stress buyarkan program diet


Stress memang tidak dapat dihindarkan. Kita semua hampir pasti pernah berurusan dengan yang namanya stres. Namun, ketika kita mengalami tingkat stress yang tinggi, maka pemilihan nutrisi tubuh juga tidak selalu baik.

“Makan bisa menjadi pelipur lara dan dapat menurunkan stress”, kata profesor Jason Perry Block, MD., dari Harvard University seperti dikutip dari Bodybuilding.com.

“Hal ini terjadi karena sebagian tubuh melepaskan bahan kimia sebagai respon terhadap makanan yang mungkin memiliki efek menenangkan,” tambahnya.


Stress juga dapat memainkan peran utama dalam produksi hormon kortisol. Jika diproduksi dalam jumlah yang besar, maka hal ini akan mengganggu program penurunan berat badan. Untuk mengurangi stress, kita dapat membiasakan dengan berusaha menenangkan pikiran. Mengikuti kelas yoga, jalan-jalan, olahraga, nonton, meditasi, atau hanya beristirahat dari apapun selama lima menit.

Meluangkan waktu untuk melakukan sesuatu yang kita sukai akan memiliki efek relaksasi dan menyegarkan pikiran, sehingga kita mengatasi stress (management stress) dengan baik.


4.
Sensitivitas atau intoleransi makanan


Sepertinya sub topik ini cukup menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini, tentu dalam kaitannya dengan program penurunan berat badan. Yaitu tentang reaksi terhadap jenis makanan tertentu. Terlepas dari penyebabnya, kepekaan dan intoleransi adalah serangkaian respon fisiologis yang mungkin dimiliki oleh tubuh terhadap jenis makanan tertentu. Gejala intoleransi makan berbeda dari masing-masing individu. Pada umumnya seperti kembung, buang angin, gangguan pencernaan, kelelahan, cepat marah, murung, dan juga kenaikan berat badan.


Hal ini disebabkan respon inflamasi pada sistem kekebalan saat terpapar makanan tertentu. Penulis dari New York Times yang juga dokter ahli bedah, Mark Hyman, MD, menjelaskan bahwa hal ini sensitivitas makanan menyebabkan berat badan naik dan lebih sulit menurunkannya karena respon peradangan.



5.
Susah mengontrol porsi makan


Pola diet kita mungkin sudah benar, tetapi kalori tetaplah bisa berlebihan jika tidak diatur. Misalnya, semangkuk kacang yang berisi 22 buah mengandung 190 kalori. Jika dikalikan dua maka jumlah kalori menjadi 380. Ini juga berlaku pada makanan ringan. Ketika kita makan malam lebih awal, selanjutnya kita bisa bersantai. Namun ketika mendakati waktu tidur, kita dapat makan lagi.


Langkah cermat untuk mengetahui penyebabnya adalah sedikit mengecek kebiasaan dan ebvaluasi setiap perubahan dan rutinitas kita. Jika kita membiasakan diri dengan mengonsumsi makanan bergizi, olahraga dengan benar, kelola stress dengan baik dan tidur cukup maka diet Anda pun akan berhasil.